Bukan Bubur Kacang Ijo Biasa
Suasana gelap masih menyelimuti pagi yang cerah. Matahari belum menampakkan wajahnya dari ufuk timur. hanya sinar-sinar bias matahari yang mulai tampak. Hawa dinginpun masih terasa menusuk tulang-tulang tubuh ini. Suasana yang belum begitu riuh pikuk oleh suasana aktivitas manusia.
Ya, sudah hadir ditengah-tengah kesunyian itu tengah bersiap-siap seorang lelaki tua, Pak Suwarsono, membawa gerobak dan barang dagangannya,bubur kacang ijo. Ehm... tepat di depan Gang Melati, jln Semenromo Cemani Kelurahan Ngruki (dekat Pondok putri besutan KH. Abu Bakar Ba'asyir), Pak Suwarsono sabar dan setia menunggu penggemarnya. lalu lalang banyak manusia yang melalui jalan itu kadang tak hirau, jangankan mampir melihatpun tidak. Pagi itu, setelah lari pagi (joging kata orang) saya mencoba mampir di warung sederhana pak Suwarsono.
Pak Suwarsono : Moggo Mas!!!
Saya : iya pak. Jual Apaan nih Pak?
PS : BURJO Mas?
Sy : Apa tuh Pak?
PS : BURJO = Bubur kacang ijo
Sy : Boleh lah pak, coba satu.
Dengan lincah dan gesitnya Pak Suwarsono menyajikan BURJO. Hanya butuh waktu 1 menit, BURJO sudah siap disantap.
Sy : Kok ada item2 nya Pak?
PS : Ya itu ada campuran ketan hitam Mas....
Sy : mantap dan mak nyus Pak (he niru pak Bondan)
Pagi itu saya tutup dengan berjalan kembali menuju asrama, tempat saya menimba ilmu di IDBS (Islamic Digital Boarding School.